Senin, 22 Februari 2016

Nasi Gudang - Nasi Trancam


Sebelum waktu istirahat, bendahara sekolah mengendarai sepeda motor keluar pintu gerbang. Dengan bercanda saya bilang,”Tolong bawakan nasi gratis gak bayar.” Teman saya menjawab,”Beres.”

Beberapa saat kemudian meja saya sudah ada nasi bungkus. Tapi tidak hanya meja saya saja, melainkan meja teman-teman juga demikian. Wah, berarti ini makan siang untuk punguji ujian praktek sekolah dan UKK. Alhamdulillah, uang jajan masuk dompet rapat-rapat, hehe.

Saya membuka bungkusan nasi tadi. Ternyata isinya nasi gudang dan trancam dengan lauk kakap bakar. Saya memang bersyukur dapat makan siang gratis. Akan tetapi kalau saya tahu tadi Mas Bendahara keluar benar-benar mau beli nasi (tak pakai bercanda), saya pesan lauknya wader goreng saja. Meskipun dari segi harga lebih mahal kakap, tapi saya lebih suka wader goreng yang gurih dan kriuk.

Perpaduan antara nasi gudang-trancam dan wader goreng bikin nafsu makan saya naik drastis. Tapi, ya sudahlah. Saya akhirnya menyantap juga dengan lahap. Maklum, seandainya tidak segera disantap selagi hangat, nasi gudang rasanya akan berubah.

Saya tetap kirmah, mikir omah alias memikirkan ayam piaraan saya. Maka nasi gudang tidak saya habiskan, ada sekian persen saya sisakan buat ayam kesayangan si thole. Mengapa demikian mikir ayam? Karena ayam-ayam tersebut telah memberikan banyak keuntungan buat keluarga saya (telur dan kadang daging ayamnya).

Akhirnya saya berpesan pada Mas Bendahara, besok saya dibelikan nasi sambal dan wader saja (kalau tambah oseng daun kates atau oseng pare juga tak apalah).

Karanganyar, 22 Pebruari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar