Sebelum waktu istirahat, bendahara sekolah mengendarai
sepeda motor keluar pintu gerbang. Dengan bercanda saya bilang,”Tolong bawakan
nasi gratis gak bayar.” Teman saya menjawab,”Beres.”
Beberapa saat kemudian meja saya sudah ada nasi
bungkus. Tapi tidak hanya meja saya saja, melainkan meja teman-teman juga
demikian. Wah, berarti ini makan siang untuk punguji ujian praktek sekolah dan
UKK. Alhamdulillah, uang jajan masuk dompet rapat-rapat, hehe.
Saya membuka bungkusan nasi tadi. Ternyata isinya nasi
gudang dan trancam dengan lauk kakap bakar. Saya memang bersyukur dapat makan
siang gratis. Akan tetapi kalau saya tahu tadi Mas Bendahara keluar benar-benar
mau beli nasi (tak pakai bercanda), saya pesan lauknya wader goreng saja.
Meskipun dari segi harga lebih mahal kakap, tapi saya lebih suka wader goreng
yang gurih dan kriuk.
Perpaduan antara nasi gudang-trancam dan wader goreng
bikin nafsu makan saya naik drastis. Tapi, ya sudahlah. Saya akhirnya menyantap
juga dengan lahap. Maklum, seandainya tidak segera disantap selagi hangat, nasi
gudang rasanya akan berubah.
Saya tetap kirmah, mikir omah alias memikirkan ayam
piaraan saya. Maka nasi gudang tidak saya habiskan, ada sekian persen saya
sisakan buat ayam kesayangan si thole. Mengapa demikian mikir ayam? Karena ayam-ayam
tersebut telah memberikan banyak keuntungan buat keluarga saya (telur dan
kadang daging ayamnya).
Akhirnya saya berpesan pada Mas Bendahara, besok saya
dibelikan nasi sambal dan wader saja (kalau tambah oseng daun kates atau oseng
pare juga tak apalah).
Karanganyar, 22 Pebruari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar